Setiap tanggal 28 di setiap bulan dilaksanakan kegiatan wilujengan wuku di Museumb Radya Pustaka Surakarta. Prosesi ini merupakan salah satu bentuk ritual budaya yang bertujuan untuk memuliakan serta menjaga harmoni dalam sistem penanggalan Jawa, khususnya dalam siklus pawukon. Prosesi ini dilaksanakan sebagai perwujudan rasa syukur atas berputarnya waktu dalam 30 wuku yang menjadi dasar kalender tradisional Jawa. Diadakan di selasar museum, acara ini terbuka untuk umum, diawali dengan penyajian sesaji yang terdiri dari aneka kembang, tumpeng, jajanan pasar, dan air suci yang melambangkan elemen kosmologis Jawa, atau biasanya menyesuaikan dengan ciri khas maupun hal atau benda yang identik dengan wuku, kemudian diiringi dengan doa-doa dalam bahasa Jawa sebagai bentuk permohonan keselamatan dan kelestarian nilai-nilai budaya.
Ritual ini tak sekadar menjadi seremoni simbolik, tetapi juga menjadi medium edukatif yang memperkenalkan nilai-nilai tradisional kepada masyarakat luas, khususnya generasi muda dan pengunjung museum. Prosesi wilujengan wuku di Radya Pustaka tidak berdiri sendiri, melainkan terintegrasi dengan narasi edukasi tentang kalender Jawa, sistem penanggalan pawukon, dan makna filosofis dari masing-masing wuku. Selama prosesi berlangsung, pemandu museum juga menjelaskan fungsi spiritual dan sosial dari tiap elemen dalam upacara, sehingga menciptakan pengalaman yang tak hanya sakral namun juga informatif bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Dalam konteks pelestarian budaya, kegiatan ini menjadi langkah nyata museum sebagai institusi kebudayaan yang tak hanya menyimpan artefak sejarah, tetapi juga menghidupkan kembali praktik-praktik tradisi yang mulai terpinggirkan. Prosesi wilujengan wuku memperlihatkan bagaimana museum dapat berfungsi sebagai ruang dialektika antara masa lalu dan masa kini—sebuah ruang yang tak hanya statis tetapi juga dinamis dalam merawat dan mengkomunikasikan warisan budaya. Bagi penulis selaku peserta magang, keterlibatan langsung dalam kegiatan ini menjadi pengalaman berharga dalam memahami praktik budaya Jawa secara lebih holistik dan kontekstual.